AD (728x90)

_

Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 November 2012

Gerakan Pelajar Baru : Aktualisasi Peran IPM di Ruang Publik

Gerakan Pelajar Baru : Aktualisasi Peran IPM di Ruang Publik
Oleh: Azaki Khoirudin
 (Bidang Perkaderan PW IPM Jawa Timur)

Dewasa ini perkembangan ICT (information and communication technology) semakin spektakular. Masyarakat telah menemukan ruang baru, hidup dalam masyarakat jejaring (the network society). Akses internet sudah menjadi kebutuhan hidup segala lapisan masyarakat. Jumlah blogger, faceboker, dan twitter terus meningkat, mereka pergi berpantasi kedunia maya dengan berbagai macam motif dan keperluan; bisnis, mobilisasi massa, menebarkan ideologi politik, chatting, browsing literature, menelusuri lowongan kerja, mencari teman kencan dan lain sebagainya. Kehadiran teknologi internet berdampak pada pergeseran strategi gerakan pelajar.
Dunia internet, khususnya situs jejaring sosial, memang memungkinkan pelajar bebas berekspresi. Namun, keberhasilan gerakan berbasis jejaring sosial hanya sebatas menghimpun jumlah “KLIK”, tapi gagal melahirkan gerakan perlawanan, baik struktural maupun kultural. Tekanan sosial yang dilakukan masyarakat melalui media baru inilah yang mampu membuat segala tindak tanduk dalam pemerintahan semakin dapat terkontrol. Perubahan datang melalui jutaan klik di layar-layar komputer yang saling terkoneksi. Sehingga IPM memerlukan sebuah model gerakan yang ramping, gesit, dan irit untuk merespon akselerasi perubahan dunia yang begitu cepat.

Gerakan Pelajar Baru
Gerakan Pelajar Baru (New Students Movement) selanjutnya GPB ialah sebuah gerakan yang berpondasi Gerakan Sosial Baru (New Social Movement) dengan konteks menuju peradaban post-modern Secara definisi gerakan pelajar baru memiliki penjelasan konseptual gerakan social baru. Karena pelajar ialah “kelas sosial tertentu yang menuntut ilmu secara terus-menerus serta memiliki hak dan kewajiban dalam bidang pendidikan.” (Anggaran Dasar). GPB, memainkan aksi – aksi sporadis seperti, menarik perhatian media, berdemonstrasi untuk mendukung maupun menentang perubahan kebijakan pemerintah.
Tujuan gerakan pelajar baru adalah untuk menata kembali relasi negara, dengan masyarakat, dan untuk menciptakan ruang publik di dalamnya wacana demokratis ihwal otonomi dan kebebasan individual dan kolektivitas serta identitas. Harapannya dengan pilihan IPM sebagai GPB, IPM mampu menjadikan dirinya sebaga sayap gerakan pelajar yang membidik isu-isu pendidikan dan pelajar. Sehingga, setiap ada permasalahan mengenai pelajar dan pendidikan,  IPM selalu tampil terdepan berbicara sebagai problem solver dan tampil di media untuk membentuk opini ruang public.
Strategi gerakan GPB tidak mengikuti model pengorganisasian model politik partai. GPB lebih memilih gerakan kultural (non-politik), menerapkan taktik mobilisasi opini publik untuk mendapatkan daya tawar politik. GPB menata hubungan antara negara, masyarakat, dan pendidikan untuk memciptakan ruang publik yang didalamnya terdapat wacana demokrasi, kebebasan individu, kolektivitas, dan identitas,
Struktur gerakan GPB mampu mengorganisasikan diri secara cair, mengalir, dan tidak kaku (moderat) untuk menghindari oligarkisasi. GPB mengembangkan format gerakan yang tidak birokratis, dengan pendapat bahwa birokrasi modern telah membawa pada dehumanisasi  GPB ingin menciptakan struktur yang lebih responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan pelajar, yakni struktur yang terbuka, terdesentralisasi, dan non-hirarkis
Pelaku Gerakan GPB berasal dari basis sosial pendidikan, yaitu pelajar. Para aktor GPB berjuang melintasi sekat-sekat sosial demi kemanusiaan. Partisipan GPB berasal dari kelas menengah baru (the new midle class), contohnya akademik (pelajar), seniman, atau umumnya ialah kaum terdidik (ulama’). Para aktor GPB tidak bisa dibedakan dalam kelas sosial, gender, usia, suku, lokalitas. Sehingga nampak menjadi gerakan pelajar yang plural.
Sehingga konsekuensi bagi IPM ialah harus memperamping birokratisasi melalui media, dimana untuk komunikasi lgsg ke grassroot harus lebih cepat dn efektif. IPM harus melawan efek negatif media dengan melawan kemapanan (status quo), yang berbentuk ideology palsu.  IPM harus lebih konsen pada capaian yang terukur, fokus pada titik yang dibidik dan akuntabilitas, yaitu pendidikan.  Media adalah lahan utama IPM yg wajib dioptimalkan manfaatnya. Sebagai contoh revolusi mesir 80%  social networking dan 20% turun kelapangan.

Aktualisasi Peran IPM di Ruang Publik: Media Baru?
Gerakan Pelajar Baru (GPB) dalam melakukan advokasi pelajar mengandalkan pengorganisasian melalui media massa arus utama, kini mereka memanfaatkan internet sebagai media avokasi. Sebagai gerakan pelajar, gerakan dunia maya telah mampu meraih simpati kolektif dari masyarakat pelajar. GPB merupakan akselerasi gerakan dari dunia maya ke dunia riil, hasilnya pun sangat positif kedua permasalahan tersebut tuntas dengan keadilan yang diciptakan oleh masyarakat sipil. Kecenderungan ini memberikan sebuah pola baru dalam proses konsolidasi demokrasi di Indonesia.
Sisi positif yang muncul, bahwa dunia maya menjadi salah satu instrument lahirnya ruang publik yang paling demokratis dewasa ini. Protes-protes, kritikan dan berbagai gerakan politik dan kepentingan muncul diruang dunia maya, sebagai sebuah konstruksi dari dunia riil. Bangunan baru ruang publik melalui media digital telah menjadi fenomena yang cukup menarik dalam perkembangan demokrasi dewasa ini. GPB melalui instrumennya yang tercipta di ruang publik memiliki kekuatan ideologis tertentu, sebagai wujud eksistensi dari kaum oposisi dan juga masyarakat sipil (civil society) dalam melihat realitas politik, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Jejaring-jejaring social tersebut menciptakan stimulus, respon dan tindakan-tindakan kolektif yang dibingkai oleh norma, nilai-nilai dan sangsi sosial. Pentinganya media atau ruang publik dalam penyaluran aspirasi politik merupakan sebuah protes atau kritik sosial akibat tersumbatnya dan tidak berfungsinya fungsi-fungsi politik, yang seharusnya diperankan oleh lembaga-lembaga politik, dari parpol sampai pada lembaga eksekutif, legeslatif dan juga yudikatif. Merupakan landasan dasar dari munculnya perjuangan keadilan dan moral di ruang publik. Kemunculan IPM sebagai Gerakan Pelajar Baru (GPB) di ruang public di dunia maya, merupakan kemajuan baru dalam sejarah pergerakan. Ada banyak pesan moral yang disampaikan oleh aksi-aksi masa dalam ruang publik, inti dari GPB yaitu gugatan terhadap realitas. Ada sebuah kesadaran kritis terhadap berbagai permasalahan ketidakadilan tentang hal-hak pelajar. Kemajuan teknologi informasi, menggeser ruang publik kedalam dunia maya.
Gugatan terhadap realitas yang diwujudkan dalam gerakan dunia maya menjadi awal yang baik untuk perkembangan demokrasi, tetapi tentunya hambatan-hambatan dari kelompok yang merasa dirugikan oleh kebebasan ruang publik virtual akan terus menghadang gerakan dunia maya tersebut. Sehingga dalam prinsip gerakan harus ada afiliasi antara gerakan dunia maya dengan gerakan dalam dunia riil. Terwujudnya sinkronisasi antara dua ruang tersebut akan menghasilkan sebuah gerakan yang masive dan disinilah titik kritis dari akhir perjuangan dalam gerakan dunia maya.
Fenomena media baru dan keterlibatan politik pelajar lewat perkembangan teknologi dapat disebut dengan istilah  “electronic politics”. Model politik ini membuat IPM lebih leluasa untuk mengomentari kebijakan public terkait pelajar. Sekaligus mampu memfasilitasi komunikasi antar pelajar untuk berbagi pendapat tentang suatu permasalahan pendidikan. Bahkan tidak hanya warga, para aktor politik pun dapat menggunakan media baru untuk menyuarakan opininya. Sederhananya, semua bebas dan terbuka untuk berkomentar di wilayah media baru. Inilah era baru berpolitik!

Media dan Rekayasa Realitas: dimana Peran IPM?
Hakikat berita adalah rekonstruksi tertulis atas suatu realitas yang ada dalam masyarakat.  Maka hasil rekonstruksi akan bergantung kepada siapa actor yang melakukan rekosntruksi, yaitu wartawan, redaktur, dan segala kepentingan yang bermain di media masa. Lalu bagaimana dengan ideology atau pandangan dunia (waltanschaung) pelajar? Setiap hari, bahkan setiap menit dan detik, pandangan dunia selalu bertarung dalam media dengan laju kecepatan tinggi yang begitu cepat mempengaruhi alam pikiran pelajar sehingga membentuk sikap dan prilaku sehari-hari. Karena pandangan dunia merupakan bingkai (framing) untuk mengambarkan dunia. Bingkai ialah scenario, sehingga pada hakikatnya yang berkuasa membentuk pandangan dunia pelajar ialah ialah siapa yang mampu membuat scenario. Mampukah IPM memaninkan peran ini, yaitu sebagai pembuat scenario untuk mendesain realitas?
Pekerjaan media pada hakikatnya ialah mengkonstruksi realitas. Isi media adalah hasil para pekerja media yang mengkostruksi pelbagai realitas, misalnya realitas ekonomi, realitas politik, atau realitas pendidikan. Jadi, setiap upaya mengungkap, menampilkan, menceritakan permasalahan apapun, pada hakikatnya adalah usaha media mengkostruksi realitas. Oleh karena itu, media terkadang menawarkan madu kadang pula menawarkan racun. Berkenaan dengan hal ini, media masa terutama televise lazim melakukan pelbagai tindakan konstruksi realitas, dimana hasil ahirnya berpengaruh kuat terhadap pembentukan makna atau citra tentang realitas. Sehingga, besarnya perhatian masyarakat terhadap sebuah isu, sangat tergantung pada seberapa besar media memberikan perhatian pada isu tersebut. Contoh TV adalah menjadi target teoritis favorit teori social kritis.
Bagaimanakah peran IPM? dengan pilihan GPB, di tengah arus peradaban yang melaju dengan kecepatan tinggi yang ditandai dengan perkembangan IPTEK gerakan IPM akan lebih focus membidik isu-isu seputar permasalahan pelajar di ruang public dengan memperjunagkan nilai-nilai luhur yaitu IMTAQ. Dengan pena kritis, IPM harus tajam melihat problem-problem pelajar, dan membongkar ideology (pandangan dunia) palsu yang menyerang pelajar. Kemudian melakukan konstruksi realitas melalui wacana public secara terus menerus sehingga mendominasi ruang public yang pada ahirnya mampu menjadi wacana dominan. Begitupula perjuangan nilai-nilai  ideologis, IPM juga harus menjadi scenario ideology melalui media yang pada ahirnya akan mempengaruhi pandangan dunia bagi pelajar kemudian membektuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Islam, yakni akhlakul karimah.
Sehingga di era postmodernisme (kontemporer), paling tidak ada dua hal yang harus diperbaruhi dalam gerakannya. Pertama, secara folisofis gerakan IPM ialah bagaimana menjadikan pelajar memiliki karakter humanis-spiritual, himanis-reigius, humanis-ilahiyah, atau humanism-teosentris. Kedua, secara motodis gerakan IPM di era kontemporer harus menggunakan metode-metode yang dialogis, parstispatif, eksploratif,dan dekoratif. Dalam istilah al-Qur’an ialah tawasaubil Haq, tawasubis Shabr (saling menasehati kepada Kebenaran Mutlaq, saling menasehati dalam kesabaran) Wallahu A’lam.

Selasa, 17 Juli 2012

IPM sebagai Aksentuator Ideologi Muhammadiyah


MEMPERTAJAM PENA GERAKAN:
IPM sebagai Aksentuator Ideologi Muhammadiyah”
Oleh: Azaki Khoirudin
Anggota Bidang Perkaderan PW IPM Jawa Timur

Kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tidak lepas dari tujuan Muhammadiyah dan konteks sejarah yang mengirinya. Pada 18 Juli 1961 Miladiyah 1961, ketika IPM lahir dan katika itu pula Muhammadiyah hampir berusia setengah abad dan belum memiliki sayap gerakan yang secara khusus menggarap komunitas pelajar. Kini IPM tengah berusia 51 tahun dari pergumulan sejarah yang penuh tarik-menarik ideologi yang lebih konpleks. Sesungguhnya IPM lahir sebagai gerakan organisasi otonom yang membina komunitas pelajar ini sesungguhnya sejak kelahirannya memiliki jiwa dan karakter yang bersifat ideologis, bukan sekadar organisasi pelajar biasa yang bersifat profesional atau teknis organisatoris-struktural-birokratis. Dahulu IPM lahir karena tantangan ideologi komunis, tapi kini banyak ideologi yang menyerang IPM dan dunia pelajar seperti liberalisme, fundamentalisme, pragmatisme, hedonisme, dan lain-lain.
Sebuah gerakan pelajar masa kini harus memiliki kesadaran untuk memilih ideologinya sendiri agar dapat memperjelas makna dan tujuan perjuangan dari eksistensinya. Ali Syariati (1995: 157) mengatakan bahwa Ideologi selalu dihubungkan dengan pelajar dan keduanya saling memerlukan. Ideologi menuntut bahwa gerakan pelajar haruslah memihak. Gerakan Pelajar yang ideologis, ideologinya adalah suatu kepentingan mutlak. Setiap ideologi mulai dengan tahap kritis, kritis terhadap status quo (kebiasaan, kemapaman) dengan berbagai aspek cultural, ekonomi, politik dan moralitas yang cenderung melawan perubahan yang diinginkan. Oleh karena itu, IPM dituntut untuk memiliki pemahaman yang mendalam mengenai ideologi yang dapat membantu mengembangkan suatu pola pemikiran dan visi khas Muhammadiyah, yakni ideologi Islam berkemajuan.
Kini IPM berada dalam tantangan perjuangan yang luar biasa kompleks. Di lingkungan sendiri berhadapan dengan masalah dan agenda Muhammadiyah yang tidak ringan, ketika gerakan Islam berkemajuan terbesar ini memasuki abad kedua pasca Muktamar Satu Abad di Yogyakarta tahun 2010 yang lalu. IPM dituntut untuk menjadi bagian dari gerakan dakwah dan tajdid Muhammadiyah. Seiring dengan perubahan sosial yang menyertai masyarakat yang melahirkannya, tengah dihadapkan pada berbagai masalah yang tidak ringan seperti ancaman tawuran, narkoba, dan virus-virus lainnya yang dapat merusak potensi dan martabat pelajar selaku pewaris peradaban bangsa. Pada posisi demikian menantang untuk menjadi kekuatan pencerah (problem solver).
Muhammadiyah ialah gerakan Islam yang memiliki karakter ideologi moderat-reformis. Bahkan seluruh keputusan resmi Muhammadiyah jika digali dan digabungkan tampak substansi jiwa moderat dan reformis. Sikap moderat dan reformis merupakan intisari dari “Kepribadian Muhammadiyah” (Haedar Nashir, 2011: 46). Pribadi moderat-reformis ini harus dijiwai dan dijaga betul dalam karakter gerakan IPM. Kegiatan-kegiatan kreatif dengan nalar kritis harus selalu dijiwai pribadi yang reformis. Jiwa yang selalu menuju kepada perubahan-perubahan yang bersifat perbaikan (islah). Selalu peka terhadap persoalan sekitar pelajar dan pendidikan dengan melihat persoalan secara seimbang, adil, bijaksana, adil, dan berusaha mengambil tindakan yang terbaik untuk perbaikan.
Kepribadian Muhammadiyah supaya membentuk karakter moderat-reformis, maka harus dikaji dan didiskusikan secara terus-menerus, diulang-ulang dan sampai menimbulkan penghayatan yang mendalam. Sehingga, para kader-kader IPM mampu menjadi penyumbang “kader ideologis” dan aksentuator gerakan dakwah dan tajdid Muhammadiyah. Bisa dipahami betul dan secara mendalam gerakan IPM akan selalu seiring dengan watak, karakter, dan kepribadian Muhammadiyah, yaitu moderat-reformis. Yakni, pribadi yang matang antara dimensi ketuhanannya dan dimensi kemanusiaannya, seimbang baik dalam keimanan, keilmuan, dan keamalan (iman, ilmu, dan amal).
Di samping filosofi kelahiran IPM yang memiliki makna kelahiran yang syarat dengan gerakan ideologis. Kelahiran IPM memiliki dua nilai strategis. Pertama, IPM sebagai aksentuator gerakan dakwah amar makruf nahi munkar Muhammadiyah di kalangan pelajar (bermuatan pada membangun kekuatan pelajar menghadapi tantangan eksternal). Kedua, IPM sebagai lembaga kaderisasi Muhammadiyah yang dapat membawakan misi Muhammadiyah di masa yang akan datang. (Tanfidz Mutamar XVII IPM: 18). Jelas sekali peran dan fungsi IPM yakni sebagai aksentuator gerakan Muhammadiyah. Hal ini memiliki peran aksiologis bagi Muhammadiyah. Sebagai aksentuator gerakan Muhammadiyah, IPM bertanggungjawab mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. IPM memiliki tugas sebagai penggerak, penekan atau pemukul bunyi irama dakwah dan tajdid Muhammadiyah, artinya ketika gerakan Muhammadiyah kurang terdengar di telinga masyarakat, maka tugas IPM ialah membantu Muhammadiyah supaya terdengar untuk umat, bangsa, dan kemanusiaan.
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagaimana menjadi proyeksi dari visi ideal Muhammadiyah. Kini Muhammadiyah yang tengah memasuki abad kedua di tengah dinamika kehidupan modern dan pasca-modern yang kompleks dan sarat perubahan itu, tentu dituntut untuk mampu menjadi pengemban misi dakwah dan tajdid sehingga gerakan Muhammadiyah ini mampu mewujudkan tatanan peradaban utama sebagaimana yang dicita-citakannya. Dengan misi Islam yang berkemajuan, harus menjadi pelaku gerakan pencerahan yang strategis itu, sehingga baik IPM maupun komponen Muhammadiyah lainnya benar-benar melakukan peran transformasi gerakan yang bersifat membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan peradaban umat manusia.

Kamis, 23 Februari 2012

Haramnya Berpecah Belah Dalam Organisasi.

Oleh: Ipmawan Zuhri (Sekbid PIP IPM Jawa Timur)
Kita sebagai sesama mukmin diwajibkan oleh Allah untuk bersatu dan tidak boleh berpecah belah. apa lagi saling bermusuh-musuhan dengan sesama mukmin. Allah sudah memberikan tahdir (warning) kepada kita sebagaimana dalam firmannya di surat Ali-Imron 103. Bismillahirohmanirrohim..









Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara. (QS Ali Imran:103)

Imam Ibnu Katsir di dalam kitabnya tafsirnya menenrangkan bahwa Dia (Allah) memerintahkan mereka (umat Islam) untuk berjama’ah dan melarang perpecahan. Dan telah datang banyak hadits, yang (berisi) larangan perpecahan dan perintah persatuan. Mereka dijamin terjaga dari kesalahan manakala mereka bersepakat, sebagaimana tersebut banyak hadits tentang hal itu juga. Dikhawatirkan terjadi perpecahan dan perselisihan atas mereka. 
Sedangkan Imam Asy-Syaukani dalam kitabnya Fathul Qodir menerangkan ayat ini bahwa Allah memerintahkan mereka (umat Islam) bersatu di atas landasan agama Islam, atau kepada Al Qur’an. Dan melarang mereka dari perpecahan yang muncul akibat perselisihan di dalam agama.” 

Tentu kita sebagai anak muda Muhamamdiyah memahami ayat tsb,  Tapi tak jarang banyak terjadi perpecahan di dalam tubuh organisasi kita. Bukankah sejak awal kita sudah berikrar didalam senandung yang setiap hari kita ucapkan, Bersatu berpadu menjalin ukhuwah di dalam ikatan pelajar Muhammadiyah...dst. tapi faktanya justru berpecah belah, apakah kata tsb hanya sekedar sebatas di lidah kita?
 
Langkah Kita Menuju Persatuan Ikatan.
1. Taat kepada pemimpin. Pemimpin laksana nahkoda yang akan menentukan arah kemanakah bahtera akan berlayar. kita sebagai anggota di dalam organisasi wajib patuh dan taat kepada pemimpin kita. dengan catatan selama ia memerintahkan kita kepada kebaikan. kebaikan disini dalam artian adalah perintah yang tidak melanggar syari'at. lalu bagaimana jika pemimpin tersebut memerintahkan kita anggotanya kepada keburukan? sebagaimana dalam kaidah ushul, Laa tho'ata ila fi ma'siyatillah (Tidak ada ketaatan kepada kemaksiatan kepada Allah). Di dalam  Al-Qur'an sendiri banyak sekali anjuran-anjuran untuk mentaati seorang pimpinan. sebagiman di dalam surat An-Nisa 59. Bismillahirohmanirrohim..
 






Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS An Nisa’:59).

2. Saling memahami dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Pemimpin dan anggotanya wajib memiliki rasa saling memahami dan pengertian. terkadang kita cenderung mementingkan ego masing-masing. Tidak mau jika tidak pendapatnya. Merasa pendapatnya saja yang benar. Ini yang sebenarnya yang harus kita buang jauh-jauh dari ikatan kita. selain saling memahami. kita juga dianjurkan untuk saling mengingatkan dalam kebenaran (Islam). Sebagaimana dalam firman Allah  Surat Al-Ashri ayat 3.
"Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran".

3. Senantiasa melakukan koreksi diri (mutaba'ah)
Sebagai individu muslim kita harus senantiasa melakukan koreksi diri. Dalam konteks kepemimpinan ikatan, pemimpin dan para anggotanya juga harus melakukan koreksi (mutabaah) atas apa yang telah dilakukannya di dalam ikatan. Apakah yang sudah dilakukannya selama ini sudah benar sesuai dengan kaida-kaidah organisasi?

4. Jauhkan rasa iri, dengki, sombong dan tidak ikhlas.
Syaithan tidak henti-hentinya menggangu kita, dalam kondisi apapun ia selalu bisa saja menggoda kita. dengan berbagai cara apapun. terutama melalui penyakit hati. Iri, dengki, sombong, tidak ikhlas dan masih banyak yang lain yang harus kita jauhkan dari hati kita.

Semoga tulisan ini bisa menjadi cemeti terhadap apa yang kita lakukan di ikatan kita tercinta ini. dan menjadikan ikatan kita menjadi ikatan yang satu, jauh dari permusuhan dan perpecahan. Wallahu'alam bis showab. Nuun WalQolami wamaysturun.

Senin, 13 Februari 2012

Valentine's Day dalam sejarah dan bagaimana sikap kita?

 Oleh: Ust. Khoiri S.Th.I. M.Pd.I (Majelis Kader PDM Kab.Mojokerto, Alumni Mahasiswa Pasca Sarjana Unmuh Surabaya)
Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine's Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur

 

© 1435 H | 2014 M. Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur - Created by PIP IPM Jawa Timur