Surabaya -
PImpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (Jatim) mendukung rencana Wali
Kota Surabaya, Tri Rismaharini untuk menutup lokalisasi prostitusi
Dolly pada 18 Juni 2014. Muhammadiyah bahkan bersedia membantu
merehabilitasi Dolly pascapenutupan dengan memberikan pendampingan dan
bantuan modal usaha.
‘’Kami
mendukung program Bu Risma menutup Dolly meskipun ada pihak-pihak yang
menolaknya. Justru, pihak-pihak yang menentang penutupan itu harus
diluruskan logika berpikirnya,’’ ujar Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim,
Najib Hamid, Jumat (6/6)
Para
pekerja seks komersial (PSK), mucikari hingga lembaga swadaya
masyarakat (LSM) disebutnya mati-matian menolak Dolly ditutup dengan
alasan melanggar hak asasi manusia (HAM). Padahal, kata dia, lokalisasi
prostitusi merupakan bentuk perbudakan. Dia menyebutkan, sejatinya PSK
tidak memiliki niat untuk menjual diri. Sehingga, penutupan Dolly
sebagai langkah untuk meningkatkan martabat manusia.
Belum
lagi ancaman lain jika prostitusi Dolly dibiarkan beroperasi yaitu
anak-anak di sekitar Dolly yang menjadi korban asusila. Salah satunya
penyebaran virus mematikan yakni HIV/AIDS.
Untuk
menyelesaikan masalah tersebut, kata dia, maka Pemkot Surabaya harus
mengedepankan dialog. Apalagi, Indonesia adalah negara demokrasi yang
mengedepankan dialog. Kalaupun ada pihak yang menolak penutupan Dolly
maka perlu diadakan dialog tanpa ada kekerasan. Tak ingin Pemkot
Surabaya melakukan berjuang sendiri, pihaknya mengaku siap memberikan
bantuan untuk rehabilitasi Dolly pascapenutupan. Namun bukan dengan cara
anarkis seperti demonstrasi dan pentungan saat eksekusi penutupan.
Sebenarnya,
kata dia, program yang ditawarkan pihaknya untuk rehabilitasi Dolly
bukanlah program baru. Dia menyebutkan, sejak awal tahun 2011 lalu,
pihaknya telah meluncurkan program khusus yaitu dakwah di lingkungan
lokalisasi. Dana program itu berasal dari donator Muhammadiyah.
Dia
menceritakan, Muhammadiyah telah memberdayakan penghuni bekas
lokalisasi Dupak Bangunsari dan Kremil, seperti pelatihan kewirausahaan.
Tak hanya itu, pihaknya juga memberikan modal untuk usaha secara
bertahap. Diantaranya, memberikan uang untuk modal sebanyak Rp 10-15
juta per kios. Masyarakat kemudian memanfaatkan bantuan modal itu untuk
membuka usaha seperti cuci pakaian. Dakwah ini, kata dia, diakui cukup
berhasil bahkan kini menjadi program unggulan. Program inilah yang akan
dilanjutkan di Dolly.
‘’Meski
kami belum (terlibat) terlalu jauh tetapi kami akan terus memberdayakan
masyarakat dan memberikan pendampingan penghuni Dolly. Jadi benar-benar
mengangkat martabat,’’ ujarnya. (republika/SP)
0 komentar:
Posting Komentar